Selasa, 08 Februari 2011

Pengabdian Seorang "Mantri"

Hari ini anakku Izzan 8 tahun tidak masuk sekolah karena badannya merah -merah gatal di seluruh tubuh dari kmarin. Kalau dilihat sepertinya bukan biduran karena tidak bentol-bentol. Dari kemarin anakku kuberi propolis, habbats, madu . Tapi kok tidak ada pengaruhnya. Mungkin karena baru 2 hari, sedang yang namanya pengobatan herbal perlu waktu lama.Mungkin beda dengan saya. Kalau saya gejala sakit apapun minum propolis/habbatussauda 2 hari langsung terasa enak di badan, karena sudah membiasakan diri pengobatan herbal tidak ke dokter kecuali parah sekali.
Akhirnya saya putuskan saja untuk pergi ke dokter, karena kasihan melihat anakku seluruh badannya merah-merah dan garuk-garuk terus, tidurnya juga tidak nyenyak.Kebetulan Bu Tuti pembantuku memberi tahu , katanya berobat saja di Pak Mantri belakang rumah. Saya baru tahu kalau di belakang rumah ada mantri yang katanya murah dan pasiennya banyak.
Saya pergi ke Pak Mantri bertiga ( saya , anak dan Bu Tuti ). Anakku ingin naik sepeda dan aku sama pembantu naik sepeda motor. Ternyata dekat sekali dari rumah. Tinggal lurus melewati satu rumah tetangga dan belok melewati satu rumah. Sebenarnya saya sudah tahu rumah itu dan sering lewat. Tapi di Plang depan rumahnya hanya di tulis ahli Sunat. Jadi saya baru tahu kalau ada pengobatan umum juga.
Ketika kami sampai ada seorang pasien dan keluarganya sedang pengobatan. Kami menunggu di teras.
Giliran kami masuk ruang praktek. Saya dan izzan masuk, sedang Bu Tuti nunggu di teras nungguin sepeda motor dan sepeda lipat Izzan. Maklum karena di daerah ini lagi banyak kehilangan sepeda motor. Macam-macam kasusnya. Ada yang sedang dipanaskan mesinnya oleh pemiliknya, dia masuk sebentar ke rumahnya, keluar lagi motor sudah hilang. Ada juga yang ngaku temannya yang punya motor lalu dia bilang mau ngambil motor.dll. Kemarin suamiku diingatkan tetangga agar pagar rumah jangan terlalu terbuka karena sepeda motorku persis di parkir depan pagar dan malam lalu ada beberapa orang yang mengamati rumahku. Mendengar hal itu saya jadi harus lebih waspada. Apalagi suamiku tidak pulang tiap hari. Aku di rumah hanya berdua dengan Izzan, anakku yang dua lagi berada di Boarding School di Subang dan Bandung, sedang Bu Tuti hanya datang pagi. Kadang datang sore kalau saya suruh. Perlu lebih waspada melihat kondisi masyarakat yang banyak pengangguran, harga-harga sembako mahal, naik terus...
Saya lihat sekeliling ruang praktik Pak mantri. Seperti ruang dokter umumnya , malah lebih lengkap dengan poster-poster kesehatan, lencana-lencana, setifikat-sertifikat dan lemari obat lengkap.Perawakan Pak Mantri tinggi besar, agak gemuk dan beruban. Seperti seorang Jendral, apalagi banyak logo-logo militer di ruangannya.Beliau cukup ramah menyapa saya.Saya kemukakan kondisi Izzan. Dia memeriksa Izzan dan menawarkan Izzan agar mau di suntik, karena katanya suntikan bisa langsung menghentikan rasa gatal. Izzan menyetujuinya, beliau bilang pintar sekali...anak kecil tumben mau disuntik padahal umumnya takut kalau disuntik.Katanya Izzan nanti tidur nyenyak dan bangun tidur sudah sembuh, tidak akan terasa lagi gatalnya.
Saya terpikir untuk berobat juga, karena amandel saya lagi kumat. Kadang sussah menelan atau sakit tenggorokan dan batuk-batuk.Saya diperiksa tensinya , ternyata saya darah rendah. Kata dia aneh , orang gemuk kok darah rendah. Akhirnya saya diberi obat 3 macam, Izzan juga dapat obat 3 macam.Biayanya hanya Rp 70.000,00 berdua.
Sambil memeriksa Pak Mantri bercerita tentang masa lalunya. Dia menebak saya adalah seorang guru.Dia tahu karena dia juga dulu adalah seorang guru, tapi ternyata beliau adalah ngajar dokter-dokter dan dulu bertugas di Angkatan Darat, ahli jantung dan penyakit dalam.Wow...ternyata dia gurunya para dokter. Tapi kenapa masyarakat memanggilnya Pak Mantri kadang Pak Kopral ada juga Pak Mayor. Kata beliau mantri adalah jabatan terendah dalam pengobatan sedang kopral jabatan terendah dalam militer. Itulah masyarakat memberi gelar karena beliau memberi tarif yang murah mungkin makanya dia disebut Pak Mantri atau yang setaranya.Bayangkan saja...saya pernah berobat amandel di Siloam , biayanya Rp.425.000,00 sekali datang cuma dikasih obat, yang sampai sekarang amandelnya tidak pernah sembuh.
Pribadi seorang medis yang jarang ditemukan dalam masyarakat sekarang. Dia hanya ingin membantu masyarakat, asal tidak rugi katanya. Katanya juga tidak boleh ngambil kekayaan dari masyarakat, yang penting sudah cukup untuk membiayai hidup. Makanya kata dia dan istrinya tidak perlu mobil, cukup dengan sepeda motor kemana-mana, padahal istrinya ditawari fasilitas mobil dari tempat kerjanya. Tapi ditolak karena katanya sepeda motor sudah cukup.
Pak Mantri kadang kewalahan di waktu sore dengan pasiennya yang sangat banyak. Kadang ditolaknya karena sudah full. Mudah-mudahan cita-citanya cepat terlaksana untuk membangun klinik 24 jam bersama anaknya. Amien....
Seperti kata beliau , Izzan tertidur nyenyak...mudah-mudahan bangun sudah sembuh ya nak...terimakasih Ya Allah...